Kamis, 15 Mei 2008

Tolak pornografi di bumi pertiwi………..

Rabu, 14 Mei 2008…
Berjuta kali turun aksi bagiku satu langkah pasti…
Maraknya indutri perfilman yang mengumbar klenik, nafsu dan ponografi telah membuat gerah para pemuda dan mahasiswa. Puncaknya sebuah film berjudul ML yang diplesetin dengan singkatan Mau Lagi, benar-benar membuat gerah. Hingga kami dari Aliansi Pemuda Selamatkan Bangsa, merasa harus melakukan sebuah aksi nyata untuk menentang kejahatan moral ini.Yang ikut ambil bagian dalam aksi ini berasal dari berbagai organisasi mahasiswa, pemuda dan masyarakat dari Jakarta, Bandung & Bogor.
Pukul 09.00 ane sudah tiba di Masjid Maulana Hasanudin yang terletak di jalan MT Haryono, sekitar 200m dari menara Saidah. Ada Ivan sang korlap aksi hari ini dengan kaos putih bertuliskan alumni IPB angkatan 14… hah? Dia kan anak UI, ternyata itu kaos boleh minjem dari Pak Elmir yang pagi itu sudah stand by juga dengan Tante Tatty yang bersiap menuju komisi X DPR . Jadi agenda hari ini kita bagi 2 tim, ada tim kecil yang sounding ke komisi X dan tim besar yang siap mengepung LSF dan Indika. Tim pertama duluan berangkat Tante Tatty, Uni Moly, dan JETC, sementara disana juga akan menyusul Bunda Amel dan mas Adil. Tim besar jam 10.30 belum lengkap. Temen-temen IPB pas dikontak baru nyampe sentul, ITB dengan gerombolan ibu-ibu kampung 200nya (sebuah desa binaan anak2 GAMAIS ITB) masih di daerah Cikarang, anak UI bareng mobil sound malah baru berangkat dari Depok, anak UIN dimana ?yaaah… Single Fighter deh ane…alias sendirian, karena temen2 pada banyak agenda, tapi sempet kontak Masdar untuk Bantu ngubungin wartawan (dia anak Humas KAMMI jadi ane percaya dia banyak database wartawannya…). Minimal ada kontribusinya walaupun ga bisa ngerahin masa kaya kampus lain.
Jam 11.30 baru lengkap semuanya datang dengan bendera, almamater dan ikat kepala masing2…Tampaknya sudah pada siap untuk berjihad…Karena tanggung waktu Dzuhur, jadi kita putuskan aksi ba'da sholat sambil melakukan koordinasi terakhir (soalnya belum sempet teklap sbelumnya..) Sempat kagum juga dengan temen2 ITB yang berhasil memboyong ibu-ibu beserta anak2nya, kaya mau pengajian, tapi mereka bener2 tulus lohh..mereka faham dan khawatir apabila bisnis pornografi ini tidak kita lawan, maka bagaimana nasib anak2 mereka?...
Bada sholat, langsung saja masa dibariskan di pinggir jalan, long march (walaupun jaraknya ga jauh2 amat….) menuju Lembaga Sensor Film. Sampai di depan gedung LSF langsung saja orator-orator ulung membakar semangat masa. Termasuk ane diminta orasi atas nama KAMMI Komsat UIN (padahal saat ini udh ga jadi apa2 di Komasat…hehe aasif jiddan uda Rico). Sangat miris ketika melihat salah satu spanduk di gedung itu yang bertuliskan "Film adalah cermin budaya Bangsa", teman2 maukah kita dikatakan bahwa cerminan kita adalah sebuah Film Porno? Ihhh Keheulaanan dewek mah….Maka tidak ada kata lain selain harus kita cabut izin tayang film tersebut sepakat?. Aksi di depan LSF juga sempat didatangi oleh Aktor kawakan Anwar Fuadi, tapi sayang pernyataannya terkesan cuci tangan dan klise…Sorry bang, lain kali kalau cuma mau cari simpati, jangan sama kami…
Setelah beberapa perwakilan masuk ke gedung LSF untuk meminta mereka keluar, akhirnya salah seorang anggota LSF pun keluar. Ada perasaan iba ketika melihat beliau, bayangkan usianya sudah 71 tahun, tapi mungkin karena sudah terlalu uzur sehingga tidak mampu menggigit produser2 nakal, kalau bahasa Parlan mah udah ompong kali (maaf ya pa… tapi sayaperhatiin gigi bapa masih rapi kok :-). Beliau memberikan pernyataan yang sama klisenya dan tampak jelas pengkhianatan dari pernyataannya, masa beliau bilang bahwa thriller itu dilluar otoritas LSF? Kan lucu…tul ga? Emang kita ga tau sejauh mana tugas dan wewenag LSF, bila terjadi penyimpangan pada thriller dan billboard itu adalah tanggung jawab LSF, dan LSF punya wewenang untuk menindaknya. Kabar baik datang dari tim kecil yang berangkat ke komisi X, tante Tatty menyampaikan dengan penuh semangat bahwa DPR berkomitmen dan memastikan bahwa film ML tidak akan pernah tayang dan akan dicabut izin tayangnya. Dan MUI pun tenyata sudah terlebih dahulu melarang penayangan film ini. Alhamdulillah….Ternyata kali ini kita menang kawan2.
Rencana tetap rencana….walaupun kita tau bahwa film ML sudah akan masuk tong sampah, tapi niat kita untuk mendatangi indika tetap kita lakukan. Dari LSf kita bergerak ke kantornya indika….Luar biasa, ternyata disana lebih panas (padahal udah sore..), aparat yang menjaga kita ternyata lebih banyak dibanding dengan yang di LSF malah pada bawa tameng lagi, emangnya kita mau ngapain?? Proses negosiasi berjalan alot, awalnya pihak indika tidak mau menerima kita, tapi atas bantuan pak polisi, akhirnya 7 orang (termasuk ane) diizinkan bertemu bos Indika langsung yaitu Mr.Shankeer. Bersama Parlan, Mas Adil, Gesa, JETC dan 2 orang anak UI lain (sorry lupa kenalan eung..) kita diantar menuju ruangan kerja Mr Shankeer.
Selain sang bos, disana sudah ada Thomas Nawilis sang sutradara film ML, Feri Irawan (gat tau dia sebagai apa?kareana artis aja makanya ane kenal) sama beberapa orang ga jelas yang kayanya "polisis tanpa seragam". Mulai dah tuh adu mulut, dari ngomongin sex education, motif pembuatan, kekecewaan mahasiswa, sampai debat antara Thomas sama JETC tentang seni (maklum JETC ini katanya anak seni rupa ITB…). Ada beberapa hal yang kita tangkap dari pembicaraan kami yang terkadang dibumbui emosi dari kedua belah pihak (kita jelas emosi,karena uadah jelas filmnya porno kok, tapi gat au pihak sana emosi karena apa?), mereka awalnya tidak menerima dan bertanya mengapa hanya indika yang didatangi, padahal ada production house lainnya yang membuat film serupa kok ga didatangi?. Kemudian kita tegaskan bahwa gerakan kita adalah murni gerakan moral dan datang dari hati nurani bukan dari rival bisnis mereka. Dan yang harus jadi catatan adalah yang kita lawan bukanlah Indika tapi Pornografi, jadi siapapun yang bermain-main di wilayah itu, sejauh kami mampu, maka kami akan bergerak. Kita juga sampaikan bahwa kita juga mengapresiasi karya2 indika yang memang bermutu, salah satunya film Eskul, ane juga pernah nonoton dan emang bagus…Lantas kenapa tidak film2 seperti itu saja yang diproduksi. Atau kalau kehabisan referensi, kita tawarkan untuk diskusi dengan kita, masih banyak sisi lain pemuda yang bisa diangkat, bisa dari sisi prestasi, akhlak, dan perjuangan (kaya film GIE), kenapa harus sisi negatifnya?. Kemudian statement penting dari bos Indika ini adalah bahwa pihaknya bersedia mencabut film ini yang semula akan di tayangkan tanggal 15 mei ini. Dengan demikian berakhir pula aksi kita untuk saat ini….
Ini bukan soal Indika, ini buka soal ML tapi ini soal Pornografi, dan itu yang kita lawan…
Perjuangan belum berakhir bro…..selama Indonesia belum bebas dari pornografi, maka Aliansi Pemuda Selamatkan Bangsa akan tetap hadir….

Salam Perjuangan…..

Tidak ada komentar: